Cari Blog Ini

Rabu, 11 Januari 2012

karya ilmiah


KATA PENGANTAR
Puji Syukur Kepada Tuhan yang  maha kuasa atas kasih dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini dengan baik.
Karya ilmiah ini berisi tentang sejarah beton dan perkembangan beton itu sendiri, dari awal hingga adanya perkembangan beton. Dan karya ilmiah ini bertujuan untuk penulis dapat lebih memahi dan mengerti sehinga lebih menamba wawasan bagi penulis dan pembaca.
Melalui pola penyajian tersebut, maka diharapkan karya ilmiah ini dapat membatu penulis dalam kegiatan belajar sehingga dapat meraih prestasi yang baik.
Penulis menyadari masi ada kekurangan yang harus di lengkapi oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca yang membangun, akan penulis terima dengan senang hati, gunah menyempurnakan karya ilmiah ini.
Kupang, September 2001
                                                                                                   Penulis














SEJARAH BETON DAN PERKEMBANGANNYA
Kelompok 3
Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Kupang
Jl. Adi Sucipto, PO. BOX 139. Penfui-Kupang-NTT
Telepon (085239497293)

                                                                  ABSTRAK
                       Pembangunan dibidang struktur dewasa ini mengalami kemajuan yang sangat pesat. Baik pada pembangunan perumahan, gedung-gedung, jembatan, bendungan, jalan raya, pelabuhan, bandara dan sebagainya. Beton merupakan salah satu pilihan sebagai bahan struktur dalam konstruksi bangunan selain kayu dan logam.
Beton diminati karena banyak memilikin kelebihan-kelebihan dibandingkan dengan bahan lainnya. Beberapa diantaranya adalah harganya relatif murah, mempunyai kekuatan tekan yang besar, tahan lama, tahan terhadap api, bahan baku mudah didapat dan tidak mengalami
-pembusukan.
             Hal lain yang mendasari pemilihan dan penggunaan beton sebagai bahan konstruksi adalah faktor efektifitas dan tingkat efisiensinya. Secara umum bahan pengisis (filler) beton terbuat dari bahan-bahan yang mudah diperoleh, mudah diolah (workability) dan mempunyai keawetan (durability) serta kekuatan (strenght) yang sangat diperlukan dalam-pembangunan-suatu-konstruksi.
           Beton sendiri merupakan campuran homogen dengan perbandingan tertentu antara semen,agregat kasar, agregat halus dan air serta ditambah pula dengan bahan campuran tertentu-bila-dianggap-perlu.
Ada sedikitnya empat proses yang dilakukan dalam pembuatan beton. Keempat proses ini mempunyai peran sangat penting dan berpengaruh satu sama lain. Jadi, jika salahsatu dari keempat proses mengalami kesalahan yang fatal. Maka akan mempengaruhi mutu suatu beton
-yang-dibuat.
Keempat proses itu adalah pemilihan bahan-bahan yang akan digunakan untuk pembuatan beton, menentukan alternatif metode campuran (komposisi campuran beton), metode pencampuran bahan-bahan beton hingga tahap pencetakan dan perawatan (
curing) beton yang-dicetak.

















                                      BAB I
PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Beton, sebuah kata yang tidak asing bagi kami mahasiswa Teknik Sipil khususnya yang nantinya akan menjadi seorang Engineer dan tidak asing di telinga masyarakat pada umumnya.
 Perbedaannya hanya terletak pada sejauh mana seorang  tahu bahkan paham apa itu beton dibanding masyarakat pada umumnya. Seorang  harus paham betul akan sejarah beton dan perkembangannya, tidak dapat dipungkiri lagi bahwa bahan bangunan yang kita kenal dengan “ beton” ini mempunyai pengaruh besar terhadap pembangunan ( konstruksi ) di seluruh pelosok dunia, tak terkecuali di Negara Kita ini, Indonesia. Sehingga dengan memgetahui sejarah dan perkembangannya dapat memberikan wawasan kepada masyarakat sendiri yang memang concern terhadap beton, baik melalui pembuatan buku, penulisan ,maka penulisan jurnal atau media apapun yang dapat memberikan pengetahuan tersendiri kepada masyarakat secara umum tentang beton.
 Hal ini yang menjadikan kami mebuat makalah tentang sejarah beton dan perkembanganya untuk berbagi ilmu dan pengetahuan, sehingga diharapkan siapapun yang membaca karya ilmiah  ini dapat menambah ilmu yang dimilikinya. Dalam karya ilmiah ini, penulis hanya membatasi mengenai sejarah beton dan perkembangannya, sehingga mampu memberikan suatu “solusi” dalam keadaan yang disebutkan di atas.
1.2 Rumusan Masalah
Masalah yang akan dibahas adalah :
a.    Bagaimana sejarah beton ?
b.    Bagaimana perkembangan beton hingga saat ini ?
1.3  Tujuan
a.    Mengetahui sejarah beton
b.    Mengetahui perkembangan beton hingga saat ini
1.4 Batasan Masalah
Karena luasnya cakupan pembahasan mengenai beton maka penulis membatasi karya ilmiah ini dengan hanya membahas materi dan permasalahan menganai sejarah dan perkembangan beton.

BAB II
LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

Beton didapat dari pencampuran bahan-bahan agregat halus dan kasar yaitu pasir, kerikil, batu pecah, atau bahan semacam lainnya, dengan menambahkan secukupnya bahan perekat semen, dan air sebagai bahan pembantu guna keperluan reaksi kimia selama proses pengerasan dan perawatan beton berlangsung. Agregat halus dan kasar, disebut sebagai bahan susun kasar campuran, merupakan komponen utama beton. Nilai kekuatan serta daya tahan ( durability) beton merupakan fungsi dari banyak faktor, di antaranya adalah nilai banding campuran dan mutu bahan susun, metode pelaksanaan pengecoran, pelaksanaan finishing, temperatur, dan kondisi perawatan pengerasannya.
Nilai kuat tekan beton relatif lebih tinggi dibandingakn dengan kuat tariknya, dan beton merupakan bahan bersifat getas. Nilai kuat tariknya hanya berkisar 9% - 15% saja dari kuat tekannya. Pada penggunaan sebagai komponen struktural bangunan, umumnya beton diperkuat dengan batang tulangan baja sebagai bahan yang dapat bekerja sama dan mampu membantu kelemahannya, terutama pada bagian yang menahan gaya tarik. Dengan demikian tersusun pembagian tugas, dimana batang tulangan bertugas memperkuat dan menahan gaya tarik, sedangkan beton hanya diperhitungkan untuk menahan gaya tekan. Komponen struktur beton dengan kerjasama seperti itu disebut sebagai beton bertulangan baja atau lazim disebut beton bertulang saja. Dalam perkembangannnya, didasarkan pada tujuan peningkatan kemampuan kekuatan komponen, sering juga dijumpai beton dan tulangan baja bersama-sama ditempatkan pada bagian struktur dimana keduanya menahan gaya tekan.
Untuk mengatur kerjasama antara dua bahan yang berbeda sifat dan perilakunya dalam rangka membentuk satu kesatuan perilaku struktural untuk mendukung beban, diperlukan cara hitungan berbeda dngan apabila hanya digunakan satu macam bahan saja seperti halnya pada struktur baja, kayu, aluminium, dan sebagainya.
Kerjasama antara bahan beton dan baja tulangan hanya dapat terwujud dengan didasarkan pada keadaan-keaadaan:



1. Lekatan sempurna antara batang tulangan baja dengan beton keras yang membungkusnya sehingga tidak terjdi penggelinciran di antara keduanya
2. Beton yang mengelilingi batang tulangan baja bersifat kedap sehingga mampu melindungi dan mencegah terjadinya karat baja
3. Angka muai kedua bahan hampir sama, dimana untuk setiap kenaikan suhu satu derajat celcius angka muai beton 0,000010 sampai 0,000013 sedangkan baja 0,000012, sehingga tegangan yang timbul karena perbedaan nilai dapat diabaikan

Sebagai konsekuensi dari lekatan yang sempurna antara kedua bahan, di daerah tarik suatu komponen struktur akan terjadi retak-retak beton di dekat baja tulangan. Retak halus yang demikian dapat diabaikan sejauh tidak mempengaruhi penamapilan struktural komponen yang bersangkutan.














BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Sejarah Beton

Pengetahuan tertua tentang beton adalah di temukan di Timur Tengah dan tertanggal pada 5600  bangsa Mesir ( pada abad 26 SM ) telah menggunakan campuran dengan jerami untuk mengikat batu kering , gypsum, dan semen kapur dalam pertukangan batu ( berdasarkan fakta-fakta dalam konstruksi Pyramid ).
Masyarakat Yunani yang tinggal di Crete dan Cyprus menggunakan semen kapur sebaik mungkin ( abad ke-8 SM ), mengingat Bangsa Babilonia dan Syria menggunakan “bitumen” untuk membangun bebatuan dan bangunan batu.
 Sama halnya pada Bangsa Yunani Kuno, menggunakan batu kapur, ketika orang Roma membuat beton pertama; yang dicampur kapur puti dengan debu bebatuan atau abu vulkanik. Mereka menggunakannya dengan batu untuk membangun jalan, bangunan-bangunan, dan saluran air ( terowongan air ).
Bangsa Roma memakai pozzolana, jenis pasir tertentu dari Pozzuoli, dekat gunung berapi Vesuvio ( Italia bagian Selatan ), untuk membangun bangunan yang penting sekali, seperti Pantheon atau Colosseo.
 Pantheon J Durm, Handbuch der Architektur, Stoccarda, 1905
Pozzolana adalah jenis pasir yang luar biasa dimana reaksi kimianya dengan kapur dan air,menjadi sebuah bebatuan yang memiliki massa ; selanjutnya, kimia itu adalah silica dan alumunium dimana bereaksi dengan Kalsium Hidroksida untuk mem bentuk senyawa dengan sifat semen.
Kubah Pantheon, dibangun pada abad 2 SM, yang merupakan Karya terbesar Bangsa Roma pada waktu itu, Pantheon memiliki struktur dengan sejumlah kekosongan, relung dan kubah dengan ruang yang kecil yang bertujuan untuk menurunkan bebannya, Dalam keterangan tentang Kubah ( Dome ) menunjukkan struktur yang lebih tebal dalam dasar atau kakinya, sedangkan ketebalan cenderung berkurang secara bertahap, berdasarkan tinggi kubah bertingkat ( dengan kata lain, ketebalan dome berbanding terbalik dengan tingginya ).
 Pliny telah meletuskan semen kapur dan pasir ( perbandingannya satu bagian kapur sedangkan pasir empat  1 : 4 ), dan sebuah campuran pozzolana dan kapur ( dua untuk pozzolana dan 1 untuk kapur  2: 1 )dan juga mempunyai sebuah karangannya tentang Sifat Beton. Nama Concrete berasal dari bahasa latin yaitu Concretus , yang berarti tumbuh bersama.
Selama pertengahan tahun kualitas bahan-bahan semen memburuk : kapur dan pozzolana tidak lama digunakan, Mereka memperkenalkan kembali pada abad ke-13 dan ke-14. Berdasarkan abad ke – 15, Kontraktor dari Venesia telah menggunakan kapur hitam ( Black Lime ) Abetone , Sebuah wilayah dekat Vicenza ( Italia bagian Utara )- yang mempunyai kesamaan dengan pozzolana.
 Pada tahun 1779 M, Fra Giocondo menggunakan pasir pozzolana sebagai mortar pada Dermaga Pont de Notre Dame di Paris.
 Pada tahun 1779 M, Higging telah memberikan hak paten untuk semen hidrolik yang digunakan pada Plester Exterior.
 Pada tahun 1793 M, John Smeaton menemukan batu kapur Kalsinasi yang berisi tanah liat yang dihasilkan pada jenis kapur yang mengeras di bawah air, Smeaton menggunakan kapur hidrolik untuk membangun Mercusuar Eddystone di Cornwall, Inggris.
Tepatnya tahun 1824, adalah yang terpenting dalam Sejarah Beton, pada tahun 1824 J. Aspdin yang telah mengembangkan apa yang disebut Semen Portland ( Portland Cement )- istilah setelah batu kualitas tinggi yang digali di Portland, Inggris- dengan melakukan pembakaran bersama campuran kapur dan tanah liat hingga karbon dioksida terangkat; Semen Aspdin merupakan suatu kesuksesan.
Pada tahun 1828, I. K. Brunel merupakn Arsitek Pertama yang menggunakan Semen Portland pada pembangunan Terowongan Thames, sedangkan pada tes sistematis Jerman tentang Kuat Tarik dan Tekan semen dimulai pada tahun 1836. J.L. Lambot telah membuat sebuah kapal kecil dari beton ( kemudian dia menebalkan perahunya dengan batang besi dan kawat ) di Prancis selatan untuk dipamerkan pada Pameran Dunia pada tahun 1855 di Paris.
 Dan pada tahun 1890-an Seorang Italia , C. Gabellini mulai membangun Kapal dengan menggunakan beton ( membuat kapal dalam skala yang lebih besar ).
Pada tahun 1850, J. Monier, seorang tukang kebun berkebangsaan Prancis, mengembangkan sebuah Pot Bunga dengan beton bertulang; pada tahun 1867, dia mempatenkan Garden Tub dan kemudian balok bertulang.
Pada tahun 1887, H. Le Chatelier menyusun perbandingan oksida untuk mempersiapkan campuran untuk produksi Semen Portland, yang mana unsur pokok adalah Tri Kalsium silikat, Aluminat, dan Ferrit ( Perbandingan ini dipercaya suatu yang tepat / fixed). Beton Bertulang Renouwn bekerja pada Le Corbusier adalah sebuah Villa Savoye (1931), blok perumahan pada pilotis di Nantes dan Marseille (1940), Monastery of La Tourette (1959), dan bangunan pemerintahan pada Chandigarh di India (1961).



 3.2 Perkembangan Beton

3.2.1 Beton Bertulang

Beton adalah suatu campuran yang terdiri dari pasir, krikil, batu pecah, atau agregat-agregat lain yang di campur menjadi satu dengan suatu pasta yagn terbuat dari semen dan air membentuk suatu massa mirip-batuan. Terkadang, satau atau lebih bahan aditif ditambahkan untuk menghasilkan beton dengan karakteristik tertentu, seperti kemudahan pengerjaan (workability), durabilitas, dan waktu pengerasan.
 Seperti substansi-substansi mirip batuan lainnya, beton memiliki kuat tekan yang tinggi dan kuat tarik yang sangat rendah. Beton bertulang adalah suatu kombinasi antara beton dan baja di mana tulangan yang merupakan baja berfungsi menyediakan kuat tarik yang tidak dimiliki pada beton. Tulangan baja juga dapat dapat menahan gaya tekan sehingga digunakan pada kolom dan pada berbagai kondisi lain.
 Kelebihan beton bertulang Beton bertulang dapat dikatakan sebagai bahan konstruksi yang sangat penting. Beton bertulang digunakan dalam berbagai bentuk untuk hampir semua struktur, seperti bangunan, jembatan, pengerasan jalan, bendungan, terowongan, dan sebagainya.
Sukses beton bertulang sebagai bahan konstruksi yang universal dapat di pahami jika dilihat dari segala kelebihan yang dimilki oleh beton itu sendiri.

 Kelebihan tersebut antara lain :

  1. Beton memiliki kuat tekan yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan kebanyakan bahan lain
  2. Beton bertulang mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap api dan air
  3. Struktur beton bertulang sangat kokoh
  4. Beton bertulagn tidak memerlukan biaya pemeliharan yang relatif tinggi.
  5. Beton memiliki usia yang relatif sangat panjang.
  6. Beton merupakan satu-satunya bahanyagn ekonomis unutk pondasi tapk, dinding basement, tiang tumpuan jembatan, dan bangunan-bangunan semacam itu .
  7. Beton dapat di cetak dengan bentuk yang beragam
  8. Beton terbuat dari bahan-bahan lokal yang murah
  9. Keahlian buruh yang dibutuhkan untuk membangun konstruksi beton bertulang lebih rendah dibandingkan dengan bahan lain seperti baja struktur.

Beton Bertulang pada awalnya tidak begitu diketahui. Sebagian besar hasil karya awal beton pada waktu itu dilakukan oleh dua orang Perancis, Joseph Lambot dan Joseph Monier. Sekitar tahun 1850, Lambot membuat sebuah perahu beton yang ditulangi dengan suatu jaringan yang terdiri dari kawat baja atau tulangan yang tersusun parallel. Meskipun demikian, penghargaan terbesar biasanya diberikan kepada Monier, karena ia lah orang yang menemukan beton bertulang. Tahun 1867 ia meneriama hak paten atas keberhasilannya membuat kolam atau tong dan penampang air dari beton yang ditulangi dengan suatu anyaman yang terbuat dari kawat besi. Tujuan yang ingin dicapainnya dengan melakukan pekerjaan ini adalah membuat konstruksi yang ringan tanpa mengurangi kekuatan beton.

 Dari tahun 1867 sampai 1881 Monier mendapatkan hak paten untuk bermacam-macam konstruksi beton-bertulang, antara lain penopang melintang rel kereta api yang digunakan untuk mengikat dan menyalurkan tegangan ke bantalan rel, pelat lantai, bendungan busur, jembatan untuk pejalan kaki, bangunan, dan sebagainya, baik di Perancis maupun di Jerman. Orang Perancis lainnya, Franćois Coignet, membuat struktur beton bertulang sederhana dan mengembangkan metode dasar mengenai pembuatan desain beton-bertulang.
 Tahun 1861 ia menerbitkan sebuah buku di mana di dalam buku tersebut ia menampilkan contoh-contoh aplikasi yang cukup banyak. Ia adalah orang pertama yang menyadari bahwa penambahan terlalu banyak air ke dalam campuran beton sangat mengurangi kekuatan beton. Orang Eropa lain yang termasuk peneliti pertama beton bertulang adalah William Fairbairn dan William Wilkinson dari Inggris, G.A. Wayss dari Jerman, dan Francois Hennebique yang juga berasal dari Perancis.
William E. Ward membangun bangunan beton bertulang yang pertama di Amerika Serikat di Port chester N.Y, pada tahun 1875. Pada tahun 1883 ia merepresentasikan tulisannya di hadapan America Society of Mechanical Engineer di mana dalam tulisan tersebut ia mengklaim bahwa ia mendapatkan ide tentang beton bertulang ketika melihat para buruh Inggris mencoba memindahkan semen yang telah mengeras dari cetakan-cetakan besi mereka pada tahun 1867.
 Thaddeus Hyatt, orang Amerika, mungkin adalah orang pertama yang menganalisis dengan benar tegangan-tegangan pada suatu beton bertulang, dan pada tahun 1877 ia menerbitkan sebuah buku setebal 28 halaman tentang pokok bahasan ini, berjudul An Account of Some Experiments with Portland Cement Concrete, Combined with Iron a. Building Material. Dalam buku ini ia memuji pengunaan beton bertulang dan mengatakan “balok baja harus menerima nasibnya.” Hyatt memberikan penekanan yang besar kepada daya tahan beton yang tinggi terhadap api.                 
E. L. Ransome dari San Fransisco diduga telah menggunakan beton bertulang pada awal tahun 1870-an dan merupakan penemu tulangan ulir, di mana atas penemuannya ini ia menerima hak paten pada tahun 1884. Tulangan-tulangan ini, yang mempunyai penampang melintang berbentuk bujursangkar, dipuntir dalam keadaan dingin (cold-twisted) dengan satu putaran penuh dan panjangnya tidak lebih dari 12 kali diameter tulangan. (Tujuan dari pemuntiran ini adalah agar ikatan antara beton dan tulangan semakin kuat.)
 Pada tahun 1890 di San Fransisco, Ransome membangun Museum Leland Stanford Jr. Bangunan yang terbuat dari beton bertulang tersebut memiliki panjang 95.1 meter dan tinggi dua lantai di mana yang digunakan sebagai tulangan tulang tarik adalah tali baja nekas yang semula digunakan pada kereta gantung. Bangunan ini mengalami kerusakan kevil pada tahun 1906 akibat gaya gempa bumi dan kebarakan yang diakibatkan oleh
gempa tersebut. Tingkat kerusakan yang kecil pada bangunan ini dan pada struktur-struktur beton lain yang juga mengalami kebakaran besasr tahun 1906 tersebut menyebabkan bentuk konstruksi ini dapat di terima secara luas di pantai barat. Sejak tahun 1900-1910, perkembangan dan penggunaan beton-bertulang di Amerika Serikat menigkat sangat pesat.

3.2.2 Beton Prategang

Penerapan pertama dari beton prategang dimulai oleh P.H. Jackson dari California, Amerika Serikat. Pada tahun 1886 telah dibuat hak paten dari kontruksi beton prategang yang dipakai untuk pelat dan atap. Pada waktu yang hampir bersamaan yaitu pada tahun 1888, C.E.W. Doehting dari Jerman memperoleh hak paten untuk memprategang pelat beton dari kawat baja. Tetapi gaya prategang yang diterapkan dalam waktu yang singkat menjadi hilang karena rendahnya mutu dan kekuatan baja.
 Untuk mengatasi hal tersebut oleh G.R. Steiner dari Amerika Serikat pada tahun 1908 mengusulkan dilakukannya penegangan kembali. Sedangkan J. Mandl dan M. Koenen dari Jerman menyelidiki identitas dan besar kehilangan gaya prategang. Eugen Freyssonet dari Perancis yang pertama-tama menemukan pentingnya kehilangan gaya prategang dan usaha untuk mengatasinya. Berdasarkan pengalamannya membangun jembatan pelengkung pada tahun 1907 dan 1927, maka disarankan untuk memakai baja dengan kekuataan yang sangat tinggi dan perpanjangan yang besar.






Struktur beton prategang mempunyai beberapa keuntungan, antara lain :

a.    Terhindarnya retak terbuka di daerah tarik, jadi lebih tahan terhadap keadaan korosif.
b.    Kedap air, cocok untuk pipa dan tangki.
c.    Karena terbentuknya lawan lendut sebelum beban rencana bekerja, maka lendutan akhirnya akan lebih kecil dibandingkan pada beton bertulang.
d.    Penampang struktur lebih kecil/langsing, sebab seluruh luas penampang dipakai secara efektif.
e.    Jumlah berat baja prategang jauh lebih kecil dibandingkan jumlah berat besi beton biasa.
f.     Ketahanan gesek balok dan ketahanan puntirnya bertambah. Maka struktur dengan bentang besar dapat langsing. Tetapi ini menyebabkan Natural Frequency dari struktur berkurang, sehingga menjadi dinamis instabil akibat getaran gempa/angin, kecuali bila struktur itu memiliki redaman yang cukup atau kekakuannya ditambah



 3.2.3 Beton Pracetak
3.2.3.1 Sejarah Beton Pracetak
 Sistem beton pracetak adalah metode konstruksi yang mampu menjawab kebutuhan di era millennium baru ini. Pada dasarnya system ini melakukan pengecoran komponen di tempat khusus di permukaan tanah (fabrikasi), lalu dibawa ke lokasi (transportasi ) untuk disusun menjadi suatu struktur utuh (ereksi). Keunggulan system ini, antara lain mutu yang terjamin, produksi cepat dan missal, pembangunan yang cepat, ramah lingkungan dan rapi dengan kualitas produk yang baik.
Sistem pracetak yang berbentuk komponen, seperti tiang pancang, balok jembatan, kolom plat pantai. Permasalahan mendasar dalam perkembangan system pracetak di Indonesia saat ini       adalah :
a)    Sistem ini relative baru
b)    Kurang tersosialisasikan jenisnya, produk dan kemampuan system pracetak yang telah ada
c)    Serta keandalan sambungan antar komponen untuk system pracetak terhadap beban gempa yang selalu menjadi kenyataan
d)    Belum adanya pedoman resmi mengenai tatacara analisis, perencanaan serta tingkat kendalan khusus untuk system pracetak yang dapat dijadikan pedoman bagi pelaku konstruksi.

 3.2.3.2 Perkembangan Sistem Pracetak Di Dunia
            Sistem pracetak jaman modern berkembang mula-mula di Negara Eropa. Strujtur pracetak pertama kali digunakan adalah sebagai balok beton precetak untuk Casino di Biarritz, yang dibangun oleh kontraktor Coignet, Paris 1891. Pondasi beton bertulang diperkenalkan oleh sebuah perusahaan Jerman, Wayss & Freytag di Hamburg dan mulai digunakan tahun 1906.

 3.2.3.3 Permasalahan Umum Pada Pengembangan Sistem Pracetak
 Ada tiga masalah utama dalam pengembangan system pracetak :
1. Keandalan sambungan antarkomponen
2. Belum adanya suatu pedoman perencanaan khusus untuk system struktur pracetak
3. Kerjasama dengan pertencana di bidang lain yang terkait, terutama dengan pihak arsitektur dan mekanikal/elektrikal/plumbing.


3.2.4 BetonRingan

Pada jaman modern untuk mendirikan bangunan sudah dituntut untuk lebih baik dan lebih baik lagi. Bukan hanya indah dipandang dari sisi arsitekturnya, dari sisi kenyamanan, keamanan, pengerjaan yang mudah dan cepat juga murah merupakan faktor yang tidak kalah pentingnya. Hebel dan Prime mortar merupakan jawaban semua tantangan tersebut. Hebel merupakan Autoclaved Aerated Concrete (AAC) atau yang lebih dikenal sebagai Beton Ringan Aerasi Hebel. Beton Ringan Aerasi Hebel terbuat dari bahan baku berkualitas tinggi, diproduksi dengan teknologi Jerman dan standar Deutche Industrie Norm (DIN). Beton Ringan Aerasi Hebel merupakan bahan bangunan yang ringan dengan kekuatan yang tinggi dan kemampuan insulasi yang sangat baik, juga memberikan kemudahan, kecepatan, serta kerapian dalam membangun segala jenis bangunan; rumah tinggal, komersial, fasilitas publik, perkantoran maupun industri. Blok & Jumbo Blok Hebel, Super Panel Lantai Hebel serta Super Panel Diding Hebel merupakan produk unggulan dari Hebel.
 Blok Beton Ringan Hebel adalah solusi praktis untuk bangun tembok, cepat dan rapi. Mempunyai ukuran sangat presisi sehingga pemakaian perekat PM-100 Superior Thin Bed Prime Mortar yang tipis, mudah pengerjaanya. Mempunyai kuat tekan yang tinggi namun ringan sehingga lebih tahan gempa. Selain itu kelebihan lainnya mempunyai ketahan terhadap kebakaran, kemampuan insulasi panas dan suara yang baik serta handal dan tahan terhadap cuaca.
Sedangkan Super Panel Lantai Hebel merupakan solusi praktis untuk menambah lantai. Tidak hanya praktis tetapi juga mempunyai nilai ekonomis yang tinggi, cepat dan efesien dalam pengerjaan, tanpa bekisting sehingga memungkinkan adanya aktifitas diruang bawah sementara pekerjaan konstruksi berlangsung. Kekuatan dan keamananya tidak perlu diragukan lagi karena telah memenuhi standar internasional. Mempunyai kuat tekan yang tinggi namun ringan, juga diperkuat dengan rangka pembesian dengan proteksi anti karat, ketahanan akan kebakaran serta mempunyai insulasi panas dan suara yang baik. Super Panel Lantai Hebel mudah dikerjakan dan dapat dimobilisasi di ruang terbatas, lebih kokoh dengan mengisi celah sambungan panel dengan mengunakan PM-600+ Premium Screed Prime Mortar serta tidak memerlukan proses pengeringan di lapangan.
Super Panel Dinding Hebel memberikan keuntungan yang sangat berarti untuk pemakaian dinding internal maupun eksternal dibanding tembok biasa. Keunggulan Super Panel Dinding Hebel pemasangan cepat dan efisien. Dengan tulangan besi baja diproteksi anti karat, juga akan memberikan kekuatan dan ketahanan yang sangat memadai terutama terhadap beban gempa. 














BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
               Sejarah penemuan teknologi beton dimulai dari :
1)    Pada abad 26 SM, bangsa Mesir menggunakan campuran dengan jerami untuk mengikat batu kering , gypsum, dan semen kapur pada pembuatan Pyramid. .
2)     Pada tahun 1779 M, Fra Giocondo menggunakan pasir pozzolana sebagai mortar pada Dermaga Pont de Notre Dame di Paris.
3)    Pada tahun 1793 M, John Smeaton menemukan batu kapur Kalsinasi yang berisi tanah liat yang dihasilkan pada jenis kapur yang mengeras di bawah air, Smeaton menggunakan kapur hidrolik untuk membangun Mercusuar Eddystone di Cornwall, Inggris
4)     J.L Lambot (1850 ) telah membuat sebuah kapal kecil dari beton ( kemudian dia menebalkan perahunya dengan batang besi dan kawat ) di Prancis selatan untuk  dipamerkan pada Pameran Dunia pada tahun 1855 di Paris
5)     Pada tahun 1850, J. Monier, seorang tukang kebun berkebangsaan Prancis, mengembangkan sebuah Pot Bunga dengan beton bertulang; pada tahun 1867, dia mempatenkan Garden Tub dan kemudian balok bertulang.
6)     F. Coignet (1861) melakukan uji coba penggunaan pembesian pada konstruksi atap, pipa dan kubah
Perkembangan beton selanjutnya dikembangkan sperti beton bertulang, beton prategang, beton pracetak, serta beton ringan. Dengan demikian beton dapat di artikan sebagai material komposit yang sangat bergantung pada sifat tiap unsurnya masing-masing.

4.2 Saran
Perkembangan zaman mempengaruhi perkembangan manusia untuk berkembang ke arah yang lebih baik dan menuntut setiap bangsa untuk berusaha maju. Begitu pula pada perkembangan beton, dimana pengguanaan beton sangat berpengaruh pada konstruksi bangunan di setiap pelosok. Namun penggunaan beton tak lepas dari eksploitasi alam yang memungkinkan alam akan terkuras, dalam hal ini penggunaan bahan campuran beton. Untuk itu sebagai seorang engineer, dalam penggunaan beton sebagai bahan untuk konstruksi, bias menyeimbangkan keadaan alam kita, walaupun hal itu memang cukup sulit. Sehingga seorang engineer dituntut untuk lebih kreatif lagi untuk menemukan material campuran beton tanpa menguras habis sumber daya yang ada di bumi kita ini.
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Nuh. 2010. “Makalah Sejarah Beton dan Perkembangannya” Diambil               pada 29 September 2011 dari http//www.google.com
Universitas Sumatra Utara. 2011. “Landasan Teori dan Tinjauan Pustaka”.  Diambil pada 30 September 2011 dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19789/4/Chapter%20II.pdf
Yayo, Adi. 2011.”Teknologi Bahan Konstruksi Beton”. Diambil pada 30 September 2011 dari http://www.bangunangedung.blogspot.com/2011/03/teknologi-bahan-konstruksi-beton.html





















KARYA TULIS ILMIAH
(Teknologi Beton)



Oleh
KORNELIS BENU
Jurusan Teknik Sipil

POLITEKNIK NEGERI KUPANG
2011



DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
ABSTRAK
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Batasan Masalah
1.5 Sistematika Penulisan
BAB II Landasan Teori dan Tinjauan Pustaka
Bab III Pembahasan
3.1 Sejarah Beton
3.2 Perkembangan Beton
Bab IV Penutup
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Daftar Pustaka






1 komentar: