DYNAMIC CONE PENETROMETER (DCP)
I.
Tujuan
Menentukan harga CBR insitu
(lapangan) dengan Dynamic Cone Penetrometer (DCP)
II.
Pendahuluan
Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan nilai CBR
tanah dasar. Pangujian ini akan memberikan data kekuatan tanah sampai kedalaman
± 70 cm di bawah permukaan
lapisan tanah yang ada, atau permukaan tanah dasar. Lapisan-lapisan bahan
perkerasan yang ada perlu disingkirkan terlebih dahulu. Pengujian ini dilakukan
dengan mencatat data masuknya konus yang tertentu dimensinya dan sudut
konusnya, ke dalam tanah untuk setiap pukulan dari palu yang berat dan
tingginya tertentu.
III.
Peralatan
- Satu set alat DCP yang terdiri dari :
-
Pemegang
-
Penumbuk/hammer 8 – 10 kg
tinggi jatuh 46 cm
-
Stang penumbuk
-
Stang pengantar
-
Kepala penumbuk
-
Stang penetrasi
-
Mistar penetrasi berskala 1 –
100 cm
-
Mur pengatur skala mistar
-
Konus bersudut 60° atau 30° dengan diameter tengah 2 cm
- Linggis
- Satu set kunci
IV.
Langkah kerja
- Pilih titik yang ditentukan
- Letakkan penetrometer yang telah dirakit di atas permukaan tanah yang akan diperiksa. Letakkan alat tersebut sedemikian rupa sehingga berada dalam posisi vertikal (penyimpangan sedikit saja akan menyebabkan kesalahan pengukuran yang relative besar)
- Baca posisi awal penunjukan mistar ukur (x0) dalam satuan mm yang terdekat. Penunjukan (x0) ini tidak perlu tepat pada angka nol karena nilai (x0) ini akan diperhitungkan pada nilai penetrasi.
- Angkat palu penumbuk sampai menyentuh pemegang, lalu lepaskan sehingga menumbuk landasan penumbukannya. Tumbukan ini menyebabkan konus menembus tanah/lapisan dibawahnya.
- Baca dan catat jumlah pukulan dan jumlah penetrasinya
- Pengujian dihentian apabila :
-
Jumlah minimum kedalaman 70
cm, atau
-
Jumlah tumbukan maksimum 40
kali
- Cabut peralatan
V. Data
percobaan
- Masukan semua data pada formulir pengujian DCP
- Hitung :
a. Kedalaman penetrasi = P
(mm/BL), (cm/BL)
P = D/N
Dengan :
D = kedalaman penetrasi yaitu pembacaan Dn
– Dn-1 (cm)
Dn = pembacaan skala ke-n
N = jumlah pukulan
b. CBR per lapisan (%)
Log CBR = 2,6354 – 1,293 Log P
(sudut 60°)
Log CBR = 1,352 – 1,25 Log P
(Sudut 30°)
c. Tebal lapisan tanah pada
CBRn
Δ = h = D = (Dn) –
(Dn-1)........... cm
d. CBR representatif
Dengan h1 = tebal lapisan tanah pada CBR1
h2
= tebal lapisan tanah pada CBR2
hn
= tebal lapisan tanah pada CBRn
Tabel
pengisian
Titik : ....................
Pukulan (N)
|
Dn
(cm)
|
D (cm)
|
P
|
CBR per lapisan (%)
|
CBR titik (representatif)
(%)
|
5
|
15
|
15
|
3
|
|
|
5
|
24
|
9
|
9/5
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
PENGUJIAN
PEMADATAN
I.
Tujuan
Pemeriksaan tanah
dimasudkan untuk menentukan hubungan antara kadar air dan kepadatan tanah
dengan menggunakan alat penumbuk berat 2,5 kg (5,5 lbs), tinggi jatuh 30 cm
(12”) untuk pemadatan standart (standard
proctor) dan alat penumbuk berat 4,54 kg (10 lbs), tinggi jatuh 45,7 cm
(18”) untuk pemadatan berat (modified proctor).
Pemeriksaan
kepadatan dapat dilakukan dengan 4 cara sebagai berikut :
Cara
A : Cetakan diameter 102 mm (4”), bahan lewat saringan 4,75 mm (No. 4).
Cara
B : Cetakan diameter 152 mm (5”), bahan lewat saringan 4,75 mm (No. 4)
Cara C : cetakan diameter 102 mm (4”), bahan lewat
saringan 19 mm (3/4”)
Cara D : cetakan diameter 152 mm (6”), bahan lewat
saringan 19 mm (3/4”)
Catatan : bila tidak ditentukan cara yang dilakukan maka
tetapkan cara A atau D
Dari percobaan pemadatan tanah bertujuan untuk :
1.
Menentukan harga berat isi
kering maksimum (γd max) dan kadar air optimum (wopt = OMC)
suatu tanah kohesif.
2.
Menyelidiki sifat-sifat
tanah kohesif.
Pada timbunan tanah untuk jalan raya, kereta api, dan
dan lain-lainnya, tanah perlu dipadatkan untuk meningkatkan berat isinya /
menaikkan kepadatan sehingga daya dukung tanahnya naik.
Pemadatan tanah berfungsi
untuk :
Ø Meningkatkan kekuatan tanah, sehingga dengan demikian
meningkatkan daya dukung pondasi di atasnya.
Ø Menaikkan daya dukung tanah untuk pondasi di atasnya.
Ø Mengurangi besarnya penurunan.
Ø Memantapkan kestabilan lereng.
Peralatan yang digunakan
untuk pemadatan tanah di lapangan adalah :
Ø Penggilas besi yang permukaan halus (smooth-wheel rollers)
Ø Penggilas getar (vibratory
rollers)
II. Dasar Teori
Prinsip yang harus diketahui adalah tingkat pemadatan tanah diukur dari
berat volume kering tanah yang dipadatkan, bila air ditambahkan kepada suatu
tanah yang sedang dipadatkan, maka air tersebut akan berfungsi sebagai unsur
pembasah (pelumas) pada partikel-partikel tanah. Karena adanya air,
partikel-partikel tanah tersebut lebih mudah bergerak dan bergeseran satu sama
lain dan membentuk kedudukan yagn lebih rapat/padat, dengan demikian berat
volume kering dari tanah akan naik bila kadar air dalam tanah (pada saat
dipadatkan) meningkat
Bila
kadar airnya ditingkatkan terus menerus secara bertahap pada usaha pemadatan
yang sama, maka berat dari jumlah bahan padat dalam tanah persatuan volume juga
akan meningkat secara bertahap pula.
Percobaan-percobaan di laboratorium yang
umumnya dilakukan untuk medapatkan berat volume kering maksimum dan kadar air
optimum adalah Proctor Compaction Test
(Uji Pemadatan Proctor). Pada uji proctor, tanah dipadatkan dalam sebuah
cetakan silinder (mould) diameter 152
mm (6”) kapasitas 0,002124±0.00002 m3 dengan diameter dalam 152,4 ±0,6609 mm
(6,000”±0,024”) tinggi 116,43±0,1270 mm (4,534”±0,005”) untuk pemadatan berat (modified proctor) lengkap dengan plat
atas dan cincin kepala. Selama percobaan dilakukan setakan diklam pada sebuah
plat dasar dan diatasnya diberi perpanjangan (juga berbentuk silinder). Tanah
dicampur air dengan kadar yang berbeda-beda dan kemudian dipadatkan dengan
penumbuk khusus, pemadatan dilakukan dalam 3 lapisan (dengan tebal tiap-tiap
lapisan kira-kira 1,0”) dan jumlah tumbukan 56x setiap lapisan.
Untuk
setiap percobaan, berat volume tanah basah (γ)
yang dipadatkan dapat dihitung dengan rumus
juga
setiap percobaan, besarnya kadar air (ω)
dalam tanah yang dipadatkan tersebut dapat ditentukan di laboratorium dengan
rumus :
bila
kadar air sudah diketahui, berat volume kering (γd) dari tanah tersebut dapat dihitung dengan rumus :
dari
pasangan data (γd dan ω)
pada setiap pemadatan dapat digambarkan grafik hubungan γd dengan kadar air (ω).
Dari
kurva yang digambarkan dapat ditentukan berat isi kering maksimum = γd maks dan kadar air
optimum = ωopt
Kurva Pemadatan (γd vs wopt)
Untuk
suatu kadar air tertentu, berat isi
kering maksimum secara teoritis didapat bila pada pori-pori tanah sudah tidak
ada udaranya lagi, yaitu pada saat dimana derajat kejenuhan tanah = 100 % /
seluruh pori
udara terisi oleh tanah maupun air. Kondisi ini disebut juga “Zero Air Void”
(pori-pori tanah tidak mengandung udara lagi), kondisi ini juga dipakai sebagai
control terhadap hasil pemadatan dimana jika dibuat grafik hubungan antara
kadar air dan berat isi kering, maka garis/kurva ini tidak akan pernah memotong
kurva hasil pemadatan.
Berat
isi kering kondisi pori
udara nol dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
III. Peralatan
1. Silinder cetakan (mould)
diameter 152 mm (6”) kapasitas 0,002124±0.00002 m3 dengan diameter dalam 152,4
±0,6609 mm (6,000”±0,024”) tinggi 116,43±0,1270 mm (4,534”±0,005”) untuk pemadatan
berat (modified proctor) lengkap
dengan plat atas dan cincin kepala.
2. Alat penumbuk (hammer : palu) berat 2,5 kg (4.5 lbs), tinggi jatuh 304,8
mm (12”) dan diameter 50,8 mm (2”) untuk pemadatan standart.
3. Alat penumbuk (Hammer : palu) berat berat 4,54 kg (10 lbs), tinggi jatuh
457,2 mm (18”) dan diameter 50,8 mm (2”) untuk pemadatan berat (modified proctor).
4. Palu
karet
5. Saringan
No. 4 (4,25 mm) dan ¾ “ (19 mm).
6.
Timbangan (ketelitian 0,1 gr)
7. Oven
dengan pengatur suhu 110±50 C.
8. Baki besar secukupnya
9. Baki
kecil secukupnya.
10. Gelas
ukur
11. Extruder
yang sesuai
12. Pisau
13. Sendok.
IV.
Langkah kerja
A.
Persiapan contoh tanah
1.
Contoh tanah sebanyak ± 24
kg dikeringkan (dijemur panas matahari).
2.
Gumpalan-gumpalannya
dihancurkan dengan palu karet dan disaring dengan saringan No.4
3.
Contoh tanah yang lolos
saringan No. 4 dibagi menjadi 6 bagian (6 contoh), dengan berat masing-masing ±
4 kg.
4.
Masing-masing bagian
ditambahkan kadar airnya dengan bervariasi misalnya 6%; 8%; 10%; 12%; 14%; 16%
sambil diaduk secarar merata, kemudian dimasukkan dalam kantong plastic dan
didiamkan selama ± 24 jam, sihingga kemudian diperoleh contoh tanah dengan
6 macam kadar air.
B. Pemadatan
- Silinder cetakan dipasang pada alasnya, dibersihkan dan ditimbang, kemudian pasang cincin kepalanya.
- Siapkan alat pengukur kadar air.
- Ambil salah satu contoh tanah, hamparkan ke dalam baki kecil dan dibagi menjadi 3 bagian yang kira-kira sama (untuk 3 lapis).
- Bagian untuk lapis pertama dimasukkan ke dalam silinder diratakan dan ditumbuk dengan palu standar sebanyak 56 kali secara merata.
- Dengan cara yang sama lakukan untuk bagian lapis kedua dan ketiga.
- Lepaskan cincin kepala, permukaan tanah dipotong dan diratakan setinggi silinder, kemudian ditimbang.
- Contoh tanah dikeluarkan dari silinder kemudian diukur kadar airnya.
- Pemadatan dilanjutkan dengan contoh-contoh berikutnya (ke II sampai dengan ke VI) dengan cara yang sama.
- Hitung berat isi kering (γd), kemudian diplot pada grafik pemadatan tanah dengan γd sebagai ordinat dan kadar air (ω) sebagai absis.
V. Data percobaan
PENGUJIAN CBR LABORATORIUM
I.
Tujuan
Pengujian CBR di
laboratorium ini bertujuan untuk menentukan harga CBR tanah dan campuran tanah
agregat yang dipadatkan di laboratorium pada kadar air tertentu. CBR adalah
perbandingan antara beban penetrasi suatu bahan terhadap beban standar dengan
kedalaman dan kecepatan penetrasi yang sama.
II.
Dasar Teori
CBR (California Bearing Ratio) adalah percobaan daya dukung tanah yang
dikembangkan oleh California State
Highway Departement. Prinsip pengujian ini adalah pengujian penetrasi
dengan menusukkan benda ke dalam benda uji. Dengan cara ini dapat dinilai
kekuatan tanah dasar atau bahan lain yang dipergunakan untuk membuat
perkerasan.
Harga
CBR dihitung pada harga penetrasi 0,1 dan 0,2 inchi, dengan cara membagi beban
pada penetrasi ini masins-masing dengan beban sebesar 3000 dan 4500 pound
(lbs). CBR adala perbandingan antara beban penetrasi suatu bahan terhadap beban
standar dengan kedalaman dan kecepatan penetrasi yang sama. Benda ini adalah
beban standar yang diperoleh dari percobaan terhadap bermacam-macam batu pecah
(standar material) yang dianggap
mempunyai CBR 100%, jadi harga CBR adalah perbandingan antara kekuatan
tanah yang bersangkutan dengan kekuatan bahan aggregat yang dianggap standar.
Percobaan CBR dapat dilakukan
pada contoh tanah asli (undisturb samples)
ataupun pada contoh tanah yang dipadatkan (compated
samples), juga dapat dilakukan di lapangan langsung pada tanah yang akan di
uji. Contoh tanah yang dipadatkan (compaction
samples) untuk percobaan CBR biasanya dibuat dalam cetakan yang mempunyai
diameter 6 inchi. Tinggi contoh tanah dibuat sama seperti pada percobaan
pemadatan, dan cara memadatkan tanahnya juga sama yaitu dengan memakai alat
pemukul dan jumlah lapisan yang sama, karena luas cetakan CBR lebih besar dari
luas cetakan pemadatan, maka banyaknya pukulan harus ditambah untuk mendapatkan
daya pemadatan yang sama yaitu :
Banyaknya pukulan pada
contoh CBR =
Pada pembuatan jalan baru
tanah dasar (subgrade) harus
dipadatkan sebaik-baiknya, untuk menjadikan lebih kuat dan untuk menjamin
supaya kekuatannya seragam. Apabila tanah asli kurang baik, maka tanah tersebut
mungkin dapat digantikan dengan tanah yang sifatnya lebih baik untuk merupakan
tanah dasar.
Untuk perencanaan jalan
baru, tebal perkerasan biasanya ditentukan dari nilai CBR tanah dasar yang
dipadatkan. Nilai CBR yang dipergunakan untuk perencanaan disebut “design CBR”. Cara yang dipakai untuk
mendapatkan “design CBR” ini
ditentukan dengan 2 faktor, yaitu :
-
Kadar air tanah serta berat
isi kering pada waktu dipadatkan.
-
Percobaan pada kadar air
yang mungkin akan terjadi setelah perkerasan selesai dibuat.
Ada bermacam cara yang dapat dipakai untuk mendapatkan “design CBR” ini, yang terbaik adalah
cara yang dikembangkan oleh U.S Army
Corps of Engineers. Pada cara ini terlebih dahulu harus dilakukan pemadatan
untuk menentukan kadar air optimum. Untuk itu disediakan contoh dengan kadar
air berlainan, kadar air diatur sedemikian rupa sehingga mendapat beberapa
kadar di atas dan di bawah optimum.
III.
Peralatan
- Satu set mesin CBR yang terdiri dari :
- Kerangka Beban (Load Frame)
- Piston standar
- Proving Ring
- Dial
- Silinder cetakan contoh yang sesuai
- Palu Standard
- Timbangan dengan ketelitian 0,1 gr
- Saringan No. 4
- Palu karet
- Baki yang sesuai
- Sendok Tanah
- Stop Watch
- Keping beban
- Alat pengukur kadar air
IV.
Langkah kerja
A. Persiapan Contoh Tanah
- Contoh tanah yang telah diketahui harga Kadar Air Optimum (OMC)-nya, dikeringkan (dijemur diterik matahari).
- Bongkahan-bongkahan tanah dihancurkan dengan palu karet, kemudian disaring dengan saringan N0. 4.
- Contoh yang lolos saringan N0. 4 dibuat 3 bagian masing-masing beratnya ± 4,5 kg (untuk 3 contoh) kemudian ditambahkan kadar airnya (dibuat) hingga kadar airnya sama dengan OMC, diaduk dengan merata dan diamkan selama 24 jam.
- Contoh tanah dipadatkan di dalam silinder cetakan dengan menggunakan palu standar (sesuai dengan test pemadatan tanah) dengan jumlah tumbukan 10 ; 25 ; 56 kali setiap lapis, kemudian bagian atas (permukaan silinder diratakan).
- Salah satu contoh langsung dilakukan CBR test (tanpa direndam)
B.
Pengujian
- Pasang Proving Ring dan piston dalam rangka beban.
- Tempatkan contoh tanah di atas dongkrak dari rangka beban.
- Atur posisi piston hingga menyentuh permukaan tanah, kemudian stel bacaan ring pada posisi nol stand.
- Beri keping pemberat pada permukaan contoh tanah dan pasang dial pengukuran penetrasi.
- Siapkan stop watch dan alat pencatat.
- Putar dongkrak hingga piston berpenetrasi dengan kecepatan penetrasi 0,005 permenit (1,25 mm/menit) sambil dicatat bacaan ring pada interval : ¼ ; ½ ; 1 ; 2 ; 3 ; 4 ; 6 ; 8 dan 10 menit.
- Setelah itu piston dilepas.
- Ukur kadar airnya.
V.
Data Percobaan
Perhitungan Nilai CBR.
Perhitungan dilakukan pada
contoh dengan penumbukan 10, 25 dan 56 kali.
-
CBR pada 0,1 inchi. Data :
Pembacaan dial =
........ divisi
Kalibrasi proving ring =
........ Lbs/div
Beban =
Pembacaan dial * Kalibrasi proving ring = ........ Lbs.
Nilai CBR =
Beban / 3000 Lbs
-
CBR pada 0,2 inchi.
Data :
Pembacaan dial =
........ divisi
Kalibrasi proving ring =
........ Lbs/div
Beban =
Pembacaan dial * Kalibrasi proving ring = ........ Lbs.
Nilai CBR =
Beban / 4500 Lbs
Kesimpulan
1.
Pada pengujian pemadatan
didapatkan kadar air optimum (OMC) adalah ……. % dan kadar air awal contoh tanah
sebelum diuji adalah ……%, sedangkan kadar air rencana adalah …… % sehingga
untuk mencapai kadar air rencana dilakukan penambahan air sejumlah …… %.
2.
Dari hasil pengujian dan
setelah dibuat grafis hubungan berat isi kering dan nilai CBR 0,1 didapat nilai
CBR adalah …… %.
Form Perhitungan Data
PENGUJIAN KEPADATAN LAPANGAN
DENGAN METODE KERUCUT PASIR (SAND CONE)
I.
Tujuan
-
Menentukan harga berat isi
kering (γd)
di lapangan.
-
Memeriksa derajat kepadatan
tanah (Dr)
Percobaan ini dilakukan sesaat setelah dipadatkan
(seperti badan jalan dan sebagainya). Derajat
kepadatan tersebut adalah perbandingan antara berat isi kering lapangan dengan
berat isi kering laboratorium.
II.
Dasar Teori
Terjadi pada penimbunan tanah untuk jalan raya,
sungai, bangunan gedung dan lainnya. Pada umumnya pengujian sand cone ini dilakukan pada pembangunan
jalan raya. Tanah lepasnya haruslah dipadatkan untuk meningkatkan volumenya,
pemadatan tersebut fungsinya untuk meningkatakkan kekuatan tanah, sehingga
mampu mendukung pondasi yang di atasnya. Pemadatan juga dapat mengurangi
besarnya penurunan (settlement) tanah
yang berlebihan, tentunya pemadatan benar-benar dilakukan (sesuai dengan
spesifikasi). Tingkat pemadatan tanah diukur dari berat kering volume tanah
yang dipadatkan. Prosedur standart untuk menentukan berat volume di lapangan
akibat pemadatan adalah dengan metode kerucut pasir, dengan ini volume lubang
yang dibuat di lapangan dapat dicari dengan menggunakan pasir Ottawa dengan diameter seragam.
III. Peralatan Yang Digunakan
- Satu set botol dengan corongnya.
- Timbangan dengan ketelitian 0,001 gram.
- Silinder yang diketahui volumenya (diameter sesuai dengan diameter corong).
- Kaleng dengan tutup
- Meteran/jangka sorong.
- Alat penggali yang terdiri dari sraper, pahat, pisau, sendok, mal dan sebagainya.
- Alat pengukur kadar air.
- Pasir Ottawa dengan diameter seragam dan kering.
IV.
Langkah kerja
A. Menentukan volume botol
·
Timbang corong + botol dengan
berat (W1) gram
·
Pasang corong + botol, buka
krannya dan isi dengan air sampai keluar dari kran
·
Tutup kran dan buang air
kelebihan
·
Timbang corong + botol + air
dengan berat (W2) gram
·
Berat air = volume botol (W2
- W1)
B. Menentukan berat isi pasir
·
Pasang botol + corong,
tutup kran dan isi dengan pasir, buka kran kembali dan jaga supaya corong
selalu terisi pasir minimal setengahnya sampai botol terisi ± ¾ bagian
·
Tutup kran dan buang sisanya
·
Timbang botol + pasir (W3)
gram
·
Berat pasir = (W3 –
W1) gram
·
Berat isi pasir =
C. Menentukan berat pasir dalam corong
·
Isi botol dengan pasir dan
timbang (W4) = (W3) gram
·
Letakkan corong di bawah dan
buka kran sampai pasir berhasil mengalir
·
Tutup kran dan timbang corong
+ botol berisi pasir (W5) gram
D. Menentukan berat isi tanah
·
Isi botol dengan pasir
secukupnya dan timbang (W6) gram
·
Ratakan tanah yang akan
diuji, letakkan plat berlubang dan jepit dengan angker penjepit
·
Besar lubang ± 10 cm dalam
(tidak melebihi satu hamparan padat)
·
Masukkan seluruh tanah galian
dalam kantong plastik yang telah diketahui beratnya (W9) gram,
kemudian timbang (W8) gram
·
Letakkan botol di atas pelat
berlubang dengan corong di bawah, buka kran sehingga pasir mengalir memenuhi
lubang dalam corong, sampai pasir berhenti mengalir
·
Tutup kran dan timbang sisa
pasir dalam botol (W7) gram
E.
Menentukan kadar air tanah
di lapangan
Derajat kepadatan di
lapangan
Dimana :
γd lap = berat isi kering maksimum yang dicapai dari
pemadatan lapangan
γd lap = berat isi kering maksimum yang dicapai dari
pemadatan laboratorium
V.
Data percobaan
Kesimpulan
- Melihat hasil penelitian yang dilakukan di lapangan pada tanah timbunan yang telah dipadatkan dengan alat Sand Cone, maka didapatkan :
•
Berat isi kering γd.lap
......... gr/cm3
•
Kadar air rata-rata ..........
%
- Sedangkan hasil penelitian kepadatan di laboratorium (Proctor test) dengan pengambilan tanah dari lokasi yang dipakai untuk bahan urugan itu didapat :
•
Berat isi kering γd.lab
.......... gr/cm3
•
Kadar air rata-rata
........... %
- Setelah dibandingkan antara berat isi kering lapangan dengan berat isi kering laboratorium, maka di dapatkan Derajat Kepadatan (Dr) ....... %.
- Melihat dari hasil pengujian yang didapat dari Pengujian Kerucut Pasir dan Pengujian Pemadatan, maka dapat disimpulkan ................................................
PENGUJIAN KONSOLIDASI
I.
Tujuan
1. Menentukan
sifat-sifat pemampatan suatu jenis tanah
2. Data-data
yang diperoleh adalah :
•
Koefisien Konsolidasi (Cv)
•
Koefisien perubahan volume (mv)
•
Koefisien permeabilitas.
II. Dasar
Teori
Bila
suatu massa
mendapatkan beban tekanan di atasnya, maka akan terjadi pengecilan volume atau
pemampatan (Compresion) dan sifat tanah yang berkenaan dengan pengaruh
berkurangnya volume oleh tekanan ini disebut Daya Mampat (Compressibility).
Pemampatan tanah terjadi melalui 2 proses :
-
Gas keluar disebut dengan Instant Settlement, proses
ini berlangsung dengan cepat, Karena gas mudah keluar dan sangat kompresibel.
-
Air keluar disebut dengan Consolidation Settlement, proses ini biasanya berlangsung
cukup lama, karena air sukar keluar dari pori
tanah dan tidak kompresibel.
Peristiwa
pemampatan tanah yang berlangsung dengan keluarnya gas dari pori
tanah disebut Pemampatan Tanah, sedangkan peristiwa pemampatan yang berlangsung
dengan keluarnya air pori
disebut Konsolidasi. Jadi konsolidasi adalah peristiwa berubahnya volume dari massa tanah yang sama
besarnya dengan volume air yang berdrainase keluar akibat suatu beban pada
tanah tersebut.
Pada umumnya konsolidasi akan berlangsung dalam satu
arah saja yaitu arah vertikal, Karen a lapisan yang kena beban itu tidak dapat
bergerak dalam jurusan horizontal yang ditahan oleh tanah. Dalam keadaan
demikian pengaliran air juga akan berjalan ke arah vertikal saja yang disebut
Konsolidasi Satu Arah (One Dimensional Consolidation). Dan perhitungan
konsolidasi biasanya didasarkan teori konsolidasi satu arah.
Peristiwa
pemampatan tanah yang berlangsung dengan keluarnya gas dari pori
tanah disebut Pemampatan Tanah, sedangkan peristiwa pemampatan yang berlangsung
dengan keluarnya air pori
disebut Konsolidasi. Jadi konsolidasi adalah peristiwa berubahnya volume dari massa tanah yang sama
besarnya dengan volume air yang berdrainase keluar akibat suatu beban pada
tanah tersebut.
Pada umumnya konsolidasi akan berlangsung dalam satu
arah saja yaitu arah vertikal, Karen a lapisan yang kena beban itu tidak dapat
bergerak dalam jurusan horizontal yang ditahan oleh tanah. Dalam keadaan
demikian pengaliran air juga akan berjalan ke arah vertikal saja yang disebut
Konsolidasi Satu Arah (One Dimensional Consolidation). Dan perhitungan
konsolidasi biasanya didasarkan teori konsolidasi satu arah.
Pada
waktu konsolidasi berlangsung, bangunan diatas lapisan tersebut akan bergerak
turun. Dalam masalah Teknik Sipil yang perlu diperhatikan adalah :
•
Besarnya penurunan yang akan terjadi.
•
Kecepatan penurunan.
Pada
lempung penurunan yang terjadi lebih besar berlangsung pada waktu yang lama,
sedangkan pada pasir berlangsung lebih cepat, biasanya penurunan pada pasir
dianggap sudah selesai setelah bangunan selesai didirikan.
Prosedur
untuk melakukan uji konsolidasi satu-dimensi pertama kali diperkenalkan oleh
Terzaghi. Uji tersebut dilakukan di dalam konsolidometer (Oedometer). Pada
umumnya, bentuk grafik yang menunjukkan hubungan antara pemampatan dengan
waktu, dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa ada 3 tahapan yang berbeda yang dapat dijalankan sebagai berikut
:
1.
Pemampatan awal (Initial Compression) yang pada
umumnya adalah disebabkan oleh pembebanan awal (Preloading).
2.
Konsolidasi primer (Primary Consolidation) yaitu
periode selama tekanan air pori
secara lamban laun dipindahkan ke dalam tegangan efektif, sebagai akibat dari
keluarnya air pori-pori tanah.
3.
Konsolidasi sekunder (Secondary Consolidation) yang
terjadi setelah tekanan air pori
hilang seluruhnya. Pemampatan yang terjadi disini adalah disebabkan oleh
penyesuaian yang bersifat plastis dari butir-butir tanah
III.
Peralatan
1. Satu
set alat konsolidasi yang terdiri dari cell konsolidasi dan rangka beban,
lengkap dengan keeping beban yang sesuai.
2. Dial
dengan kecepatan 0,01 mm.
3. Alat
pencetak yang terdiri dari ring pencetak, extruder, alat pemotong, dsb.
4. Stop
watch dengan kapasitas lebih dari 100 menit.
5. Timbangan
dengan ketelitian 0,01 gr.
6. Kunci-kunci
dsb.
IV.
Langkah kerja
1.
Ring pencetak dibersihkan,
diukur dimensinya dan ditimbang.
2.
Contoh tanah dikeluarkan
dari tabungnya dan dicetak dengan ring pencetak. Kedua permukaannya diratakan,
kemudian ditimbang.
3.
Dengan menggunakan doli
(piston) contoh tanah dikeluarkan dari ring dan langsung ditempatkan ke dalam
cell konsolidasi. Bagian bawah dan atasnya diberi batu pori dan kertas saringan.
4.
Pada bagian atas dipasang
pelat pemompa.
5.
Tempatkan cell yang berisi
contoh tanah tersebut pada rangka beban, kemudian atur lengan beban dengan
hati-hati, hingga jarum penekanannya tepat menyentuh plat penumpu, tapi contoh
tidak boleh tertekan.
6.
Pasang dial dan distel
sebagai nol stan.
7.
Cell diisi air hingga penuh
dan di biarkan selama 24 jam hingga contoh menjadu jenuh.
8.
Setelah 24 jam catat
pembacaan dial sebagai pembacaan awal.
9.
Mulai diberi pembebanan
pertama yaitu beban yang memberikan tekanan pada contoh tanah sebesar 0,25
kg/cm2, sambil dibaca pada interval waktu ; 0”; ¼”; 1”; 2 ¼ “; 4”;6 ¼ “;9”; 12
¼”; 16”; 25”; 36”; 49”; 64”; 81”; 100”; dan 1440” (selama 24)
10.
Tambahkan beban secara
bertahap, hingga setiap tahap tekanan berturut-turut menjadi 0,25; 0,5; 1 ; 2 ;
4 ; ;8 kg/cm2 sambil diadakan pembacaan seperti langkah, 9 setiap tahap.
11.
Setelah tekanan 8 kg/cm2
dicapai, beban dikurangi secara bertahap hingga tekanan menjadi 2 ; 0,5 ; dan 0
kg/cm2. untuk pembacaan hanya diambil setiap 24 jam atau setiap akan megurangi
beban.
12.
Contoh tanah dikeluarkan,
ditimbang dan diukur kadar airnya.
V. Data Percobaan
1.
Penentuan Kadar Air dan Berat Kering
Berat kering (Bk) didapat dari pengovenan benda uji setelah selesai
percobaan konsolidasi. Kadar air dihitung sebelum (ωn) dan sebuah (ωa)
konsolidasi. Kadar air sama dengan perbandingan berat air dengan berat butir
tanah.
2.
Penentuan Tinggi Efektf
Tinggi
efektif benda uji adalah penurunan total yang terjadi akibat pemampatan yang
dapat dicapai oleh tanah atau sama dengan tinggi butiran-butiran tanah (jika
dianggap menjadi satu). Tinggi efektif (Hs) dapat dihitung sebagai berikut :
3.
Penurunan Total
Penurunan
total (∆H) yang terjadi pada setiap pembebanan adalah pembacaan arloji (dial)
pada permulaan pembebanan dikurangi pembacaan sesudah pemebebanan.
4.
Angka Pori
Angka pori awal (angka pori
= eo) dihitung dengan rumus :
5.
Perubahan Angka Pori (∆e)
Perubahan
angka pori pada
setiap pembebanan dihitung dengan rumus :
dimana : h = ∆H = Penurunan total pada setiap pembebanan.
6.
Angka Pori
Pada Setiap Pembebanan
Angka pori
pada setiap pembebanan dihitung dengan rumus :
7.
Derajad Kejenuhan
Derajad Kejenuhan (Sr) dihitung pada keadaan sebelum
dan sesudah percobaan dengan rumus :
8.
Koefisien Konsolidasi (Cv)
Hitunglah
tinggi benda uji rat-rata pada setiap pembebanan. Buat grafik pembacaan
penurunan terhadap (√2) dari waktu setiap pembebanan, sebagian dari grafik ini
merupakan garis lurus dan tarik lurus (garis a) memotong ordinat dan titik
potong garis ini dengan ordinat (A)
dianggap sebagai titik nol (0) yang benar. Tentukan titik B pada ordinat sejauh
1,15 x 0A dan tarik garis lurus (garis b) dari titik B ke titik perpotongan
(garis a) dengan absis dan memotong kurva penurunan. Titik perpotongan (garis
b) dengan kurva penurunan adalah harga t90 yang diproyeksikan pada ordinat
yaitu waktu untuk mencapai konsolidasi 90%.
Hitung
Koefisien Konsolidasi (Cv) dengan rumus :
Contoh perhitungan
1. Penentuan kadar air dan
berat kering
KADAR AIR
|
|
||
Nomor Krus
|
1
|
5
|
24
|
Berat Krus + Tanah basah (gr)
|
16,5
|
15,6
|
13,7
|
Berat Krus + tanah kering
(gr)
|
12,3
|
11,4
|
9,9
|
Berat air (gr)
|
4,2
|
4,2
|
3,8
|
Berat Krus (gr)
|
6,0
|
5,5
|
4,0
|
Berat tanah kering (gr)
|
6,3
|
5,9
|
5,9
|
Kadar air tanah (%)
|
66,67
|
71,19
|
64,41
|
Kadar air rata-rata
|
67,63
|
||
|
|
2. Penentuan Tinggi efektif
(Ht)
Berat
tanah kering (yang diuji) (Bk) = 72,6
gr
Luas
penampang benda uji (A) = 32,17
cm2
Berat jenis tanah (Gs) = 2,61
3. Angka pori
Tinggi benda uji mula-mula (2H) = 2,5 cm
4. Derajad kejenuhan (Sr) dihitung pada keadaan
sebelum dan sesudah percobaan.
Kadar
air benda uji (ω) = 67,42
%
Angka
pori = 0,64
5. Koefisien Konsolidasi (Cv)
Pada pembebanan 2 kg.
H = 1,20 cm
t90 = 5,76
Kesimpulan
Dari Grafik didapatkan :
a. Angka Pori = 0,644
b.
koefisien Konsolidasi (Cv) = 0,530
PENGUJIAN GESER LANGSUNG
PENGUJIAN GESER LANGSUNG
I.
Tujuan
Untuk menentukan kekuatan tanah terhadap gaya horizontal, dengan
cara menentukan harga kohesi (c) dari sudut geser dalam (φ) dari suatu contoh
tanah pada bidang geser tertentu.
II.
Dasar Teori
Keruntuhan geser (shear
Failure) dalam tanah adalah akibat gerak relatif antara butirnya, bukan
karena butirnya hancur. Oleh karena itu kekutan tanah bergantung kepada
gaya-gaya yang bekerja antara butirnya. Kekuatan geser tanah dapat dianggap terdiri dari dua
bagian :
- Bagian yang bersifat kohesi yang bergantung kepada jenis tanah dan kepadatan butirnya.
- Bagian yang mempunyai sifat gesekan (Frictional) yang sebanding dengan tegangan efektif yang bekerja pada bidang geser.
Kekuatan geser suatu massa
tanah meruapakan perlawanan internal tanah tersebut persatuan luas terhadap
keruntuhan atau pergeseran sepanjang bidang geser dalam tanah yang dimaksud,
untuk menganalisa masalah stabilitas tanah seperti daya dukung (Bearing Capacity), stabilitas
talud/lereng (Slope Stability), dan
tekanan tanah kesamping pada turap maupun tembok penahan tanah (Earth Pressure), mula-mula kita harus
mengetahui sifat-sifat ketahanan gesernya.
Garis keruntuhan (Failure Envelope) sebenarnya berbentuk
garis lengkung tetapi untuk masalah-masalah mekanika tanah, garis tersebut
cukup didekati dengan sebuah garis lurus yang menunjukan hubungan linier antara
tegangan normal dan geser :
dimana :
c = kohesi
φ = sudut geser dalam
σu = tegangan normal efektif
Harga parameter-parameter
kekuatan geser tanah dapat ditentukan dengan pengujian di laboratorium, yaitu
terutama dengan melakukan dua pengujian pokok yaitu uji geser langsung (direct shear test) atau uji triaksial.
Pengujian dengan alat uji geser langsung, kekuatan
geser dapat diukur secara langsung. Alat ini terdiri dari kotak
logam berisi sampel tanah yang akan diuji. Sampel tanah tersebut dapat
berbentuk penampang bujur sangkar atau lingkaran. kotak tersebut terbagi dua
sama sisi dalam arah horizontal. Gaya normal pada sampel tanah didapat dengan
menaruh suatu beban mati di atas sampel tersebut, kemudian contoh tanah diberi
tegangan geser sampai tercapai nilai maksimum. Tegangan geser ini diberikan
dengan memakai kecepatan bergerak (Strain
rate) yang konstan.
Pada pengujian tegangan
terkendali (strain-controlled), suatu kecepatan gerak mendatar tertentu
dilakukan pada bagian belahan atas, dari pergerakan geser horizontal tersebut,
dapat diukur dengan bantuan sebuah arloji ukur horizontal. Besarnya gaya
hambatan dari tanah yang bergeser dapat diukur dengan membaca angka-angka pada
sebuah arloji ukur ditengah sebuah pengukuran beban lingkar (Proving Ring) perubahan volume dari
suatu sampel tanah selama uji berlangsung.
Pada pengujian tertentu,
tegangan normal dapat dihitung sebagai berikut :
tegangan geser yang melawan pergerakan geser dapat dihitung
sebagai berikut
a.
Hitung gaya geser Ph ;
Ph = Bacaan arloji x Kalibrasi Proving Ring
b. Hitung kekuatan geser τ :
c. Hitung tegangan geser normal σn
:
gambarkan grafik hubungan ∆B/B
versus τ,
kemudian dari masing-masing benda dapatkan τ max.
gambarkan garis lurus c dan φ. Untuk mendapatkan
parameter c dan φ
dapat diselesaikan dengan cara matematisnya (persamaan Regresi Linier).
III. Peralatan
- Alat geser langsung yang terdir dari :
- Stang penekan dan pemberi beban.
- Alat penggeser lengkap dengan cincin penguji (Proving Ring) dan 2 buah arloji geser (Extensiometer).
- Cincin pemeriksaan yang terbagi dua dengan penguncinya terletak dalam kotak.
- Dua buah batu pori.
- Alat pengeluaran contoh tanah dan pisau pemotong.
- Cincin pencetak benda uji.
- Timbangan dengan ketelitian 0,01 gr.
- Stop watch
IV. Langkah Kerja
A. Persiapan.
Benda uji tanah asli
(undisturbed)
Contoh tanah asli tabung ujungnya diratakan dan cincin
pencetak benda uji ditekan pada ujung tanah tersebut, tanah dikeluarkan
secukupnya untuk 3 benda uji. Pakailah bagian yang rata sebagai alas dan ratakan
atasnya.
Benda uji
asli bukan dari tabung
Contoh tanah digunakan harus
cukup besar untuk membuat 3 benda uji. Persiapan benda uji sehingga tidak
terjadi kehilangan kadar air. Bentuklah benda uji dengan cincin pencetak. Dalam
mempersiapkan benda uji terutama untuk tanah yang peka harus hati-hati guna
menghindari terganggunya struktur asli dari tanah tersebut
Benda uji
buatan (dipadatkan)
Contoh tanah harus dipadatkan
pada kadar air dan berat yang dikehendaki. Pemadatan dapat langsung dilakukan
pada cincin pemeriksaan atau pada tabung pemadatan.
Tebal minimum benda uji
kira-kira 1,3 cm tapi tidak kurang dari 6 kali diameter butir maximum.
Perbandingan diameter
terhadap tebal benda uji harus minimal 2 : 1 Untuk benda uji yang berbentuk
empat persegi panjang atau bujur sangkar perbandingan lebar dan tebal minimum 2
: 1.
B. Pengujian
- Timbang benda uji
- Masukan benda uji ke dalam cincin pemeriksaan yang telah terkunci menjadi satu dan pasanglah batu pori pada bagian atas dan bawah benda uji.
- Stang penekan dipasang vertikal untuk memberi beban normal pada benda uji dan diatur sehingga beban yang diterima oleh benda uji sama dengan beban yang diberikan pada stang tersebut.
- Penggeseran benda uji dipasang pada arah mendatar untuk memberikan beban mendatar pada bagian atas cincin pemeriksaan. Atur pembacaan arloji geser sehingga menunjukan angka nol. Kemudian buka kunci cincin pemeriksaan.
- Berikan beban normal pertama sesuai dengan beban yang diperlukan. Segera setelah pembebanan pertama diberikan, isilah kotak cincin pemeriksaan dengan air sampai penuh diatas permukaan benda uji, jagalah permukaan ini supaya tetap selama pengujian berlangsung.
- Diamkan benda uji sehingga konsolidasi selesai. Catat proses konsolidasi tersebut pada waktu-waktu tertentu sesuai dengan cara pemeriksaan konsolidasi.
- Sesudah konsolidasi selesai hitung t50 untuk menentukan kecepatan penggeseran. Konsolidasi penggeseran dapat ditentukan dengan membagi deformasi geser maximum dengan 50. Deformasi geser maksimum kira-kira 10 % diameter/panjang sisi asli benda uji.
- Lakukan pemeriksaan sehingga tekanan geser konstan dan bacalah arloji geser setiap 15 detik.
- Berikan beban normal yang pertama dan lakukan langkah-langkah 6, 7, dan 8.
- Berikan beban normal pada benda uji ketiga sebesar 3 kali beban normal pertama dan lakukan langkah-langkah 6, 7, dan 8.
V. Data dan Perhitungan
Data dan menghitung dapat dilihat dalam daftar
terlampir.
Contoh perhitungan : (diambil σn = 0,2 kg/cm2
dan t = 1 menit)
Menghitung ∆B :
∆B = Waktu x Strain rate
Menghitung
∆B/B = ∆B / diameter.
∆B/B
= 0,6 / 60 x 100 = 1 %
menghitung
luas tampang setelah dikoreksi
Hitung
Gaya Geser Ph
Ph = bacaan
arloji x kalibrasi Proving Ring
= 19 x
0,4 = 7,60 kg
Hitung kekuatan geser τ
Menghitung sudut geser dalam (φ)
Menghitung C :
Dari grafik didapatkan C = 0,48 kg/cm2
Form Perhitungan Data